GERINDRA BISA JADI DURI DALAM DAGING

Prabowo Mentri Pertahanan

Kabar yang sudah bisa dipastikan kebenerannya adalah Gerindra akan mendapat kursi dalam kabinet.

Ini bagian dari komitmen Jokowi untuk menyatukan semua perbedaan dalam satu lingkup kekuasaan. Tujuannya supaya sama-sama berfikir untuk kemajuan Indonesia ke depan.

Pertanyaannya, apakah Gerindra dengan perolehan suara terbesar ketiga akan menjadi partner yang baik atau justru menjadi duri dalam daging pemerintahan ?

Mungkin kasus gabungnya PAN dalam kabinet Jokowi di periode pertama lalu bisa menjadi acuan. PAN pada Pilpres 2014 adalah lawan politik Jokowi. Tetapi ketika Jokowi menang, PAN merapat supaya mendapat kursi di kabinet. Jokowi meluluskannya.

Mendekati Pilpres 2019, PAN berulah. Mereka ternyata tidak bisa menempatkan diri sebagai bagian dari koalisi. Mereka punya kesetiaan tersendiri sebagai oposisi. Dan pada akhirnya, mereka menjadi duri dalam daging sampai mereka keluar dan benar-benar bergabung bersama oposisi.

Situasi yang sama bisa saja terjadi pada Gerindra.

Mental oposisi akan sulit hilang dari diri Gerindra. Apalagi mereka punya perasaan bahwa diri mereka pernah menjadi oposisi terbesar dalam melawan koalisi pemerintahan. Perasaan ini akan sulit hilang, apalagi model orang2nya sama dengan mereka yang ada di Pilpres 2019. Nyinyir tanpa solusi.

Bisa bayangkan ketika orang2 model Fadli Zon dan Andre Rosadie yang sulit berfikir positif dan terbuka, duduk bersama dengan mereka yang selalu berfikir ke depan. Tentu akan ada tumbukan pemikiran.

Kenapa ? Ini karena konsep pemikiran elit2 politik kita masih terkonsentrasi pada kekuasaan, bukan pada kerjasama. Jadi yang diributkan nanti hanyalah masalah "siapa yang berkuasa" bukan "apa yang bisa kita lakukan bersama" ?

Jokowi mungkin punya harapan sempurna supaya semua elemen bisa bekerjasama untuk kemajuan bersama. Tapi realitas politik akan membuatnya tersadar, bahwa hal itu akan sulit dilakukan. Yang dia lakukan kemudian adalah kembali mereshuffle kabinetnya dan itu akan membuat perbedaan kembali meruncing lebih tajam.

Butuh waktu lama dan generasi baru untuk mewujudkan harapan seorang Jokowi. Sementara ini kita nikmati saja dulu kekurangan kedewasaan elit2 politik kita.

Ibaratnya, mengubah Gerindra menjadi koalisi yang sempurna dan bisa bekerja bersama, sama sulitnya seperti mengubah Rocky Gerung menjadi seorang sufi yang bicara tentang ilmu kerendahan hati.

Lebih mudah mengubah Johnny Sins dari seorang dokter menjadi astronot, meski kalau dia buka baju bentuknya sama aja.

Comments

Popular posts from this blog

Idul Adha: Daerah Ini Tidak Ada Yang Kurban-kan Sapi, Kenapa? Berikut Ulasannya!

Ahok Itu "Bodoh" , Salah Strategi!

POLITIK DINASTI JOKOWI